Pernah dengar perkataan polymath? Baca perkataan 'polymath' dengan suara keras dan anda baru saja mendengarnya (kalau baca dalam hati tak dengar tu).
Ok, pernah berjumpa dengan orang polymath? Apa tu polymath? Saya tengok wikipedia bahasa melayu, di tulis Polymath (bahasa Yunani polymathēs, πολυμαθής, "mempelajari banyak perkara")") ialah seorang yang memiliki atau mempelajari pelbagai ilmu pengetahuan secara meluas dalam pelbagai bidang.
Mungkin orang akan mengatakan bahawa fokus di satu bidang akan membuatnya lebih hebat lagi, namun itu tidak berlaku bagi seorang Polymath. Mereka memang sangat hebat dalam beberapa bidang sekaligus. Sejarah keemasan Islam mencatat cukup banyak polymath, salah satu di antaranya adalah Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad al Biruni, yang hidup antara 973 M sampai 1048 M.
Sebagaimana lazimnya anak-anak di masa itu, al-Biruni sudah hafal Qur’an sebelum baligh. Tentu saja dia juga belajar ilmu fiqih dasar dan dia mempelajarinya dengan serius sehingga pada saat berusia baligh dia sudah mengenal semua syariat Islam yang wajib diketahui dalam kehidupan sehari-hari. Dia memiliki kualiti seorang alim. Dia lalu menekuni berbagai cabang ilmu sesuai minatnya.
Pada usia 17 al-Biruni sudah menghitung posisi lintang bujur dari Kath, Khwarizm, dengan metode tinggi matahari. Al-Biruni memecahkan persamaan geodesi kompleks untuk menghitung jari-jari bumi. Dan dia mendapatkan angka sekitar 6339,9 Km, hanya berselisih 16,8 Km dari nilai modern yaitu 6356,7 Km. Berbeza dengan pendahulunya yang menghitung jari-jari bumi dengan pengamatan simultan matahari dari dua tempat yang berbeza, al-Biruni mengembangkan metode trigonometri yang dapat dikerjakan satu orang dari satu lokasi. Dengan cara itu dia juga dapat mengukur tinggi gunung tanpa harus mendakinya.
Pada usia 22 tahun, al-Biruni sudah menulis sejumlah karya ilmiah, termasuk tentang projeks peta, penggunaan sistem koordinat 3D - Cartesian (waktu itu tentu saja belum disebut Cartesian) dan transformasinya ke sistem koordinat polar.
Ketika membahas geografi, al-Biruni menggabungkan pemetaan dengan sejarah bangsa-bangsa terdahulu. Ketika membahas geologi India, dari data-data tanah dia berhipoteis bahawa wilayah itu dulunya adalah laut – apa yang di abad modern semakin diperkuat oleh bukti-bukti fossil binatang laut di Himalaya.
Metode ilmiah al-Biruni hampir sama dengan metode ilmiah modern, terutama dengan perhatiannya pada eksperimen yang berulang. Al-Biruni sangat peduli pada kesalahan sistematik dan kesalahan acak (random), seperti kesalahan yang mungkin disebabkan oleh penggunaan alat yang renik dan kesalahan yang timbul oleh pengamat. Dia mengatakan bahawa alat memproduksi kesalahan kerana kualitinya tidak sempurna, sehingga pengamatan mesti dilakukan berulang, dan setelah itu dilakukan rata-rata aritmetik untuk mendapatkan perkiraan yang masuk akal.
Untuk pengamatan astronomi, Al-Biruni banyak membuat berbagai instrumen astronomi, seperti alat untuk mencari kiblat atau mengukur saat-saat sholat di semua tempat di dunia. Dia juga membangun prototype sextant, yaitu alat dasar survey. Dia juga membuat prototype hodometer, semacam komputer mekanik untuk membuat kalendar, mirip yang kini ada pada jam mekanik.
Al-Biruni secara tegas membezakan astrologi dari astronomi . Dia menolak astrologi kerana tidak empirik tetapi hanya menghubung-hubungkan dengan cara yang tidak logik.
Setelah membaca banyak data hasil pengamatannya, al-Biruni meyakini bahawa bumi ini bulat, berputar pada paksinya sehari sekali, dan beredar mengelilingi matahari setahun sekali. Ini hal yang bertentangan dengan pendapat umum saat itu, namun diyakini al-Biruni paling dekat dengan data-data empirik.
Al-Biruni juga memulai suatu tradisi baru dalam astronomi, yang disebut “astronomi- experimental”. Dia mulai memprediksi gerhana matahari total pada 8 April 1019 dan gerhana bulan pada 17 september 1019 secara detail, bahkan pada lokasi mana gerhana itu dapat disaksikan. Dan berbeza dengan Ptolomeus, yang hanya memilih data yang sesuai teorinya, al-Biruni memperlakukan “error” dengan perlakuan yang lebih ilmiah, termasuk memperbaiki teorinya. Inilah yang kemudian melahirkan dukungannya pada teori heliosentrik, dan meninggalkan teori geosentrik Ptolomeus. Dia juga mengatakan bahawa orbit planet-planet itu bukan lingkaran tetapi ellips.
Karya al-Biruni berjumlah 146. Ini mencakup 35 buku tentang astronomi, 4 tentang astrolab (alat navigasi), 23 tentang astrologi, 5 tentang kronologi (cara pendataan temporal), 2 tentang pengukuran waktu, 9 tentang geografi, 10 tentang geodesi dan teori pemetaan, 8 tentang aritmetika, 5 tentang geometri, 2 tentang trigonometri, 2 tentang mekanika, 2 tentang kedoktoran dan farmakologi, 1 tentang meteorologi, 2 tentang mineralogi, 4 tentang sejarah, 2 tentang India, 3 tentang agama dan filsafat, 16 tentang karya sastra, 2 tentang sihir, dan 9 tidak terklasifikasi. Dari semua karyanya ini tinggal 22 yang bertahan hingga kini dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Yang paling terkenal adalah:
· Critical study of what India says, whether accepted by reason or refused
(تحقيق ما للهند من مقولة معقولة في العقل أم مرذولة) – sebuah kompendium dari filsafat dan agama India.
(تحقيق ما للهند من مقولة معقولة في العقل أم مرذولة) – sebuah kompendium dari filsafat dan agama India.
· The Remaining Signs of Past Centuries
(الآثار الباقية عن القرون الخالية) – studi perbandingan kalendar dari berbagai budaya dan peradaban, dengan validasi matematik, astronomi dan informasi sejarah.
(الآثار الباقية عن القرون الخالية) – studi perbandingan kalendar dari berbagai budaya dan peradaban, dengan validasi matematik, astronomi dan informasi sejarah.
· The Mas'udi Canon (قانون مسعودي) – ensiklopedia astronomi, geografi dan rekayasa, dinamai Mas’udi, putra Mahmud al-Ghazni, sultan yang menjadi persembahan buku itu.
· Understanding Astrology (التفهيم لصناعة التنجيم) –soal-jawab tentang astrologi dikaitkan matematika dan astronomi, dalam budaya Arab dan Persia.
Pakar sejarah ilmu George Sarton menyebutkan bahawa al Biruni adalah “one of the very greatest scientist of Islam, and, all considered, one of the greatest of all times”. Namanya telah diabadikan untuk sebuah kawah di bulan dan sebuah universitas teknologi di Tashkent Uzbekistan.
Caranya gimana.
BalasPadam